Pegiat Iklim Mengutuk Akreditasi Green Climate Fund Terhadap Perusahaan Jepang Yang Mendukung Proyek Batubara

Share on facebook
Share on twitter
Share on whatsapp
Share on email
Share on print

PRESS RELEASE

July 2, 2021

Kekecewaan Besar bagi Masyarakat dan Gerakan Iklim

Pegiat iklim mengutuk keras akreditasi dari Green Climate Fund, badan PBB resmi untuk pembiayaan krisis iklim bagi Sumitomo Mitsui Banking Corporation, perusahaan yang membiayai proyek batubara. Permohonan akreditasi SMBC diajukan dalam rapat virtual dewan GCF yang terdiri dari 24 anggota kemarin.

Asian People Movement on Debt and Development (APMDD) menyampaikan pernyataan bahwa “kebijakan investasi energi SMBC, bahkan dalam revisi terbarunya, belum sesuai dengan Perjanjian Paris dan target menjaga kenaikan temperatur di bawah 1,5° celcius”

“Kami sangat meyakini kebijakan investasi tersebut tidak memenuhi standar pengelolaan lingkungan dan sosial GCF. Persetujuan akreditasi ini melanggar tujuan yang dimandatkan terhadap GCF dan merupakan pukulan terhadap kredibilitas dari GCF,” demikian disampaikan Lidy Nacpil, koordinator dari APMDD.

Pertemuan Dewan Green Climate Fund ke 29 kali ini sangat mengecewakan. Persetujuannya terhadap permohonan akreditasi dari SMBC – yang sudah ditentang secara global – merupakan kekecewaan besar terhadap masyarakat dan perjuangan iklim.

Lebih dari 450 organisasi menandatangani petisi yang secara formal diajukan ke dewan GCF untuk memblok akreditasi SMBC karena investasinya yang besar dan terus berlanjut di industri batu bara, gas dan minyak bumi. Dewan GCF memberikan akreditasi bagi SMBC berdasarkan deklarasinya di bulan April 2021 yang menyatakan mereka tidak akan lagi mendukung proyek pembangkit listrik berbahan bakar batu bara baru.

Lidy Nacpil menyatakan bahwa deklarasi tersebut menipu karena kebijakan investasi energi SMBC mengandung banyak pengecualian untuk pembangkit listrik batu bara “yang menggunakan teknologi ramah lingkungan seperti ultra-supercritical pressure”

“Teknologi semacam ini tidak memitigasi emisi CO2 batu bara sepenuhnya. Deklarasi SMBC juga menunjukkan SMBC akan terus menyediakan layanan keuangan bagi proyek-proyek yang sudah disetujui sebelum mereka merevisi kebijakan investasinya. Selain itu, revisi kebijakan SMBC juga tidak menyatakan apapun terkait keberlanjutan investasi mereka di proyek-proyek gas dan minyak bumi.” Demikian ditambahkan Lidy Nacpil.

“Kami sangat kecewa bahwa anggota dewan GCF menerima begitu saja mitos teknologi batu bara bersih. Apapun kelebihan yang ditawarkan oleh teknologi ultra supercritical coal dibandingkan teknologi batu bara sebelumnya, teknologi ini tetap tidak aman bagi manusia dan planet bumi. Tiap investasi baru, bahkan yang menggunakan teknologi ultra supercritical coal tetap merupakan ancaman bahaya terhadap tingkat emisi gas rumah kaca selama berdekade.”

“SMBC adalah salah satu lembaga pembiayaan bahan bakar fosil terbesar di dunia. Dan sekarang mereka akan bisa menggunakan dana iklim, yang merupakan dana publik yang dimaksudkan untuk mendukung negara berkembang yang paling rentan terhadap perubahan iklim. Negara-negara ini sudah dirugikan oleh berbagai proyek bahan bakar fosil yang didukung perusahaan kotor semacam SMBC,” demikian Lidy Nacpil.

SMBC sebelumnya sudah mengajukan akreditasi di bulan Agustus 2020. Hampir 300 lembaga masyarakat sipil menandatangani petisi menolak permohonan akreditasi tersebut, sehingga SMBC membatalkan permohonannya.

SMBC terus membiayai pembangkit listrik batu bara. Bank ini telah mensponsori proyek pembangkit listrik batu bara di Indonesia, Australia, dan Vietnam. Di bulan July 2020, mereka telah menetapkan untuk terus membiayai pembangkit listrik batu bara dengan efisiensi tinggi sampai 2040. Mereka juga terlibat dalam proyek jalur pipa minyak dan gas di Amerika, Kanada, Uganda, Mozambik dan di kawasan Balkan.

 

Narahubung:

Lani C. Villanueva (+63 905 2472970 / villanueva.lani @gmail.com)

Galesh (083877003355 / galeshka@gmail.com)

Informasi Lainnya :